Monday, June 4, 2007

Kekerasan di TV

Senin, 04 Juni 2007, INDO POS..Jawa Pos News Networks (JPNN)


Prihatin Tayangan Kekerasan di Televisi

SURABAYA - Prihatin dengan tayangan televisi yang berbau kekerasan, LPI Al-Muttaqin mengadakan lomba penulisan artikel untuk anak SD. Tujuannya, supaya siswa saat ini sadar bila ’kotak ajaib’ itu memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk karakter anak.
Menurut Mashudi S Ag, banyak orang tua yang tidak menyadari besarnya pengaruh televisi. Alhasil, mereka kerap membiarkan anaknya kebablasan dalam menonton tayangan televisi yang berbau kekerasan. "Jadi, untuk perlombaan ini kami langsung menyentuh para siswa, subjek yang bersentuhan langsung," tutur ketua panitia acara Falimy Day itu.
Dijelaskan Mashudi, sebagian orang tua, saat ini sudah tidak peduli dengan program acara yang ditonton anak mereka. Padahal, sebagian di antara mereka juga kerap berada di luar rumah. "Sehingga, kontrol terhadap anak-anak sangat minim," imbuhnya. Mashudi juga menyebutkan, hasil penelitian di University of Washington, Seattle, bahwa televisi mampu mengubah cara berpikir anak-anak.
Menurut hasil penelitian itu, anak-anak yang terlalu banyak menonton televisi biasanya akan tumbuh menjadi sosok yang sulit berkonsentrasi dan kurang sensitif terhadap lingkungan sekitar. Penelitian yang melibatkan lebih dari 2.500 anak itu juga menyebutkan, satu jam menonton televisi sehari pada anak usia 0 sampai tiga tahun, akibatnya baru tampak ketika mereka berusia sekitar tujuh tahun. "Sebagian anak mengalami problem konsentrasi," terangnya.
Prihatin dengan fenomena itu, LPI Al-Muttaqin mengadakan lomba penulisan artikel. "Hasil pemikiran mereka cukup kreatif," tuturnya. Selain perlombaan artikel, beragam perlombaan lain juga diadakan. Seperti, lomba balap karung, komplen raksasa keluarga, galeri pendidikan, dan prosesi wisuda. "Momen ini memang khusus hari keluarga," kata Mashudi. (kit)

Pendidikan Alternatif

Senin, 28 Mei 2007, INDO POS. Jawa Pos News Network (JPNN)

Belajar dari Qaryah Thayyibah, Pendidikan Alternatif yang Membebaskan

Keputusan di Tangan Siswa Keberhasilan pendidikan tidak ditentukan oleh menterengnya gedung sekolah atau lengkapnya fasilitas. Kebebasan anak dalam berekspresi dan kepercayaan orang tua terhadap mereka justru yang paling utama.
--------
"PENDIDIKAN itu harus membebaskan. Bagaimana mungkin anak bisa tumbuh kreatif kalau warna kaos kaki saja ditentukan oleh sekolah," tutur Ahmad Bahruddin, Kamis (24/5) lalu. Pekan lalu, pria pengagas sekolah alternatif SMP dan SMA Qaryah Thayyibah, Kalibening, Salatiga, Jawa Tengah itu mengunjungi Surabaya untuk berdiskusi mengenai pendidikan alternatif. Dia diminta berbagi pengalaman dan menularkan ilmunya kepada mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Tentu tak hanya sekelompok mahasiswa Unesa saja yang penasaran dengan kunci sukses alumnus Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang cabang Salatiga itu. Para peserta diskusi lain juga bertanya-tanya, bagaimana Bahruddin mampu menyelenggarakan sekolah alternatif dan mencetak siswa-siswi mandiri kaya kreasi. Yang tak kalah penting, bagaimana mereka dapat berkarya dengan biaya yang murah.
Memang, pria berpenampilan santai itu adalah salah orang yang percaya pendidikan bermutu bukan bersumber dari fasilitas. Kemampuan ekonomi bukanlah segalanya. Buktinya, sebagian besar anak yang belajar di SMP dan SMA Qaryah Thayyibah adalah anak-anak petani. "Kami berinisiatif mendirikan sekolah alternatif lantaran biaya. Di sekolah umum, siswa harus membayar uang gedung, seragam, LKS, biaya transportasi dan lain-lain," papar pria kelahiran Salatiga, 9 Februari 1965 itu.
Sejak Juli 2003, Bahruddin memang membuka sekolah yang jauh dari definisi kebanyakan orang akan sekolah pada umumnya. Sekolahnya tak dibatasi tembok atau bangku-bangku kaku yang jamak ditemui di sekolah umum. Pun baju sekolah dengan model dan warna sama yang umumnya disebut seragam. Rumah dan alam luas adalah ruang kelas siswa-siswi Qaryah Thayyibah yang kini telah berjumlah 99 anak. Otomatis tak ada lagi biaya transportasi karena jaraknya teramat dekat.
Namun, dari sesuatu yang tampaknya "kebablasan" itu, luberan kreativitas siswanya seakan tak pernah habis. Mulai dari mereka yang pandai menulis, menggambar, hingga berbahasa. Bahruddin dengan bangga menunjukkan novel dan kumpulan gambar para siswanya. Empat di antaranya sudah dicetak dan dipasarkan. Tujuh novel lainnya segera menyusul.
Sebelum dicetak untuk pasar luas, Bahruddin biasanya rajin mencetak dan akhirnya membukukan sendiri novel karya-karya siswanya. Saat ini, sudah ada 11 novel handmade. Rata-rata mencapai 200 halaman dengan tema persahabatan dan cinta. Misalnya Inikah Cinta, Mungkin Nanti, Ekspresi, dan Bendera Setengah Tiang. Para siswa menulis novel tersebut di sela-sela kegiatan sekolah. Mereka bebas mengetik di komputer yang disediakan di sekolah dan di rumah mereka sendiri.
Lalu, bagaimana cara Bahruddin membuka keran kreativitas siswanya? Jawabannya sederhana, walau belum tentu mudah untuk dilaksanakan, "Kebebasan dan kepercayaan," katanya.
Selama ini, menurut dia, sekolah dan orang tua terlalu memaksakan kehendak kepada anak-anaknya. Padahal, dengan melakukan hal itu, tanpa sadar orang tua dan guru telah merampas kebebasan anak. Dia mencontohkan salah satu kelas menggambar yang jamak dilakukan oleh sekolah umum. Para siswa diminta menggambar, misalnya pemandangan. "Lantas semua harus menggambar pemandangan. Anak yang tak suka menggambar pun harus ikut menggambar. Nanti, kalau menurut guru jelek, nilainya juga jelek," katanya.
Menurut dia, siswa yang tak menikmati kegiatan menggambar seharusnya tidak dipaksa untuk mengikuti kelas menggambar. Mereka yang lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain, misalnya musik atau olahraga, seharusnya dibebaskan dari kelas dan melakukan apa yang mereka senangi.
Dia mengakui, untuk melakukan hal tersebut memang tidak mudah. Kepercayaan orang tua dan guru juga tidak murah. "Tapi harus dilakukan. Apa kami pernah membayangkan anak-anak dapat menulis novel? Tidak sama sekali. Tapi buktinya anak-anak bisa," ungkap putra pendiri pesantren Hidayatul Mubtadi’in.
Kepercayaan penuh itulah yang diterapkan di Qaryah Thayyibah. Keputusan mutlak di tangan siswa. Seorang siswa boleh belajar biologi, seorang lainnya bebas belajar musik. Para siswa dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
Guru adalah Teman Belajar.
Saat ini, menurut Bahruddin, di SMA Qaryah Thayyibah terdapat 15 jurusan dari total 20 siswa. Ada yang memilih biologi, kimia, musik, hingga film. "Mereka bebas merancang materi dan metode pembelajaran," katanya. Istilah guru tak lagi ada. Mereka menggantinya dengan predikat teman belajar. Teman belajar itu beragam latar belakangnya. Mulai dari orang tua, relawan, hingga santri. Posisi mereka di kelas tak lebih tinggi dari pada para siswa. Tugas sekolah tak hanya dikerjakan oleh siswa, guru pun harus ikut mengerjakan.
Bahkan, kata dia, untuk mereka yang menginjak SMA, sudah tak diperlukan lagi teman belajar tersebut. Mereka asyik berkutat dengan aktivitasnya sendiri. Salah satu yang saat ini sedang digarap serius adalah film. Bahruddin mengatakan terdapat lima judul film yang tengah dimatangkan.
Yakni, Live is Rock n Roll, True Love, Funky Ghost, dan dua judul film dokumenter tentang Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah dan Borobudur. Mereka kini juga tengah membuat sebuah film berjudul LOVE yang dikerjakan secara sembunyi dengan konsep candid. "Menginjak kelas dua nanti, mereka akan membahas mengenai universitas alternatif," tuturnya.
Qaryah Thayyibah tak pernah membatasi kegiatan siswanya. Tak ada sistem penilaian semacam raport atau ulangan. Novel, gambar, penelitian, serta film yang mereka hasilkan adalah pencapain tersendiri bagi Qaryah Thayyibah. "Kami tidak membangun lembaga, kami tidak ingin membangun kerajaan lembaga Qaryah Thayyibah. Kami ingin membangun masyarakat," tegasnya. (anita rachman)

Gaptek.....? Males...?

Alhamdullillah....

Sekali lagi..., aku lupa password nya..ini lupa apa gaptek ya...hikhik... :-(
Mungkin aku lebih ke gaptek deh..abis kalo aku lupa sebuah password, aku lalu akan menjadi males untuk mencari tau....mengutak ngutik komputerku. Entahlah apa lebih ke gak tau an akan ke komputer an memunculkan sifat males ku..
Sebuah email dari anakku, Hanny, menyadarkan ku. Makasih ya sayang...telah ngingetin mama.
Bunyi email itu : "mama, tolong dong buatin / ajarin kak Hanny buat blog ya.. jangan kelamaan nunggunya, ma.."
he..he..nunggu itu karena mama gaptek nnakkkkk...timbul pertanyaan di kepalaku : masa iya sih, aku gak bisa ngajarin or ngebuatin sebuah blog sederhana buat anakku? kan ada blogger dot com...kan aku punya satu. Lalu mulailah aku mencari tau, bagaimana caranya agar postingan aku dulu bisa dilanjutkan...
Ternyata gampil ya...
kita cuma ngikutin aja apa perintah yang ada di layar komputer...secara aku yang gaptek gitu loh..
Alhamdulillah..kebuka juga deh...sekalian deh aku buat email di gmail..untuk memudahkan ku mencari lagi nantinya. Penyakit lupa..ku memang sekarang mulai menyusahkan ku..(dari dulu sih sebenarnya tapi gak mo ngaku...hik..hik). selamat Emmy, sekarang step berikutnya hapal tuch paswordnya..jangan mpe lupa lagi....

Tuesday, January 30, 2007

AsianBrain

Alhamd..aakhirrnya..
Aku bisa juga ngebuka n ngeposting blog ku ini, setelah sekian lama aku mencoba. Emang faktor U kali yach juga ada sih faktor gaptek nya..hikhik :)
Okee..deh :) singkat cerita nih..
Terima kasihku untuk Nadia n Ahira yang telah mengenalkanku ilmu internet marketing. Aku ikut seminarnya Bundainbiz (Nadia) tentang internet marketing di D`Best Fatmawati, Jakarta Selatan pada hari Sabtu, 13 Januari 2007 yang lalu. Pembicaranya adalah Anne Ahira (AsianBrain), Nadia (bundainbiz), Dini Shanti (simpleenergy)
Nadia, adalah bundanya Isya temen anakku yang no 2, Icha. Isya, putrinya Nadia yg pertama, sekelas dg Icha sejak di Kelompok Bermain besar sampai sekarang di TK B. Ternyata Nadia adalah seorang markerter yang handal n naluri bisnisnya kuat. Ia seorang ibu dg dua orang putri dan istri dari Ferri Y, yang bisa mengaktualisasikan perannya dengan baik. Salut buat Nadia.
Lalu,..seorang Ahira.
Angkat topi deh buat none satu ini. Orang harus bisa bahasa Indonesia jika ingin belajar di Asian Brain Internet Marketing Center nya. Habis merci amat kata mereka (orang asing bo0..) Memang betul Ahira, kita jangan begitu yach, jangan terlalu menganak tirikan bangsa sendiri. Kita banyak yang pintar. Salah satunya adalah none ini, yang oleh bangsa asing disebut sebagai An Asian Brain. Orangnya imut, lucu, gak bisa diam, cantik ei..pintar lagi. Ayo dong kita sukseskan program nya Ahira, orang Indonesia yang tidak gaptek, bisa mencari uang dg hanya sebuah komputer, dapat banyak lagi (uangnya..hikhik:)
Sekarang aku lagi sekolah di Asian Brain Internet Marketing Center, bulan pertama. Doa`in aku lulus dengan cum laude (bener gak sih tulisannya? ) ya. tiada kata terlambat untuk belajar or memulai sesuatu. Bravo Emmy.

Friday, December 15, 2006

Hai,...gimana kabarmu hari ini?
Pagi td aku habis senam yoga,.asyik deh. Badan sehat, n berat badan ku pun turun. Memang setelah melahirkan, badan jadi melar. Anakku, Bitta sekarang sdh hampir 15bulan. Sudah waktunya bagiku untk kembali ke berat badan awal sebelum hamil. En..Alhamd. setelah mengikuti senam yoga selama kurang lebih 7 bulan dg 2 - 3 x seminggu, berat badanku pun sudah hampir mendekati normal seperti sebelum hamil.
Oh ya .. anakku Hanny n Icha jg suka mengikuti kalo aku senam yoga.
Pertama ikut kelas senam ini, ku pikir ah,..cuma duduk semedi gitu.. tapi ternyata..senam yang ini bener bener menguras keringat dan konsentrasi. Gerakan demi gerakannya membuat badanku merasa enak, karena seluruh badanku terasa di regangkan dengan lembut, dan bagian- bagian yg biasanya tidak bs aku regangkan kali ini bisa. Oh ya..aku punya masalah dg tulang belakangku, so..kalo berolah raga pinggangku sakit. Alhamd, dg senam Yoga ini, pelan tapi pasti rasa sakit itu berkurang. Dulu bila bangun dari tidur, aku selalu mengeluh pinggangku sakit tapi sekarang, suamiku bilang bahwa pekerjaannya tiap pagi (ngurut pinggangku) jadi hilang. N..dokter ku bilang aku banyak kemajuan. . 2 atau-3 bulan sekali, aku ke dokter ahli tulang belakang or Chiropracitic, sekarang frekwensi ku ke dr bisa lebih jarang.
Oke..deh aku mo pergi dulu nih.. mpe ketemu lagi.

Thursday, December 14, 2006

My lovely kids


Aku punya 3 lovely kids. Cewek semua. Pertama 7th, Hanny, kedua Icha, 5 th, Bitta, 14 bln.


Blog baruku


Alhamd.

Hari ini akhirnya aku punya blog deh...

makacih ya nadia.

Faktor U kali ya,..kok lama nempel di kepala.